Minggu, 25 Juli 2010

CONTOH KARYA ILMIAH

Berikut ini contoh karya ilmiah hasil karya Zunanik, Zuhriah, Ziah

PEMANFAATAN DAUN MIMBA (Azzadirachta indica Juss), TEMBAKAU (Nicotiana tabacum), GADUNG (Dioscorea hispida), JERINGAU (Acorus calamus Rumph) DAN DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) SEBAGAI

ALTERNATIF PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK

PADA TANAMAN CABAI MERAH

KARYA ILMIAH

Ditulis untuk mengikuti lomba Karya Ilmiah Tingkat Provinsi di Universitas Trunojoyo

Logo SMA copy

OLEH:

Kholidah Ziah (4240)

Zuhriyatul Lathifah (4310)

Zunanik Mufidah (4311)

LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NU

SMA WACHID HASJIM MADURAN

Alamat : Jalan Raya 32 Parengan Maduran Lamongan.

Telp./fax. (0322)392587. Kode Pos. 62261

Maret 2010


HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Daun Mimba (Azzadirachta indica Juss), Tembakau (Nicotiana tabacum), Gadung (Dioscorea hispida), Jeringau (Acorus calamus Rumph) dan Daun Sirsak (Annona muricata Linn) sebagai alternatif pembuatan pestisida organik pada Tanaman Cabai” telah disahkan pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 23 Maret 2010

Pembina I : Poni Kurnia Dewi, S.Si

(…………………………..)

NIP: -

Pembina II : Rasmian, S.Pd

(…………………………..)

NIP: 19710317 200604 1 017

Mengetahui

Kepala Sekolah SMA Wachid Hasjim Maduran

Muzakin, S.Pd

ABSTRAK

Ziah, Kholidah. Zuhriatul Lathifah. Zunanik Mufidah. “Pemanfaatan Daun Mimba (Azzadirachta indica Juss), Tembakau (Nicotiana tabacum), Gadung (Dioscorea hispida), Jeringau (Acorus calamus Rumph), Daun Sirsak (Annona muricata Linn) sebagai Pestisida Organik pada Tanaman Cabai. Pembina: Rasmian, S.Pd.

Kata Kunci : Daun mimba, tembakau, gadung, jeringau, daun Sirsak dan pestisida organik.

Sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani sebanyak 60%, dan sektor pertanian menjadi faktor yang sangat penting terhadap ekonomi makro bangsa Indonesia, selain itu banyak sekali faktor yang mendorong kemajuan dari pertanian salah satu diantaranya adalah penggunaan pestisida. Dari penggunaan pestisida kimia banyak sekali menimbulkan dampak negatif baik untuk ekosistem maupun konsumen.

Dari permasalahan inilah dibutuhkan sebuah penyelesaian, dan penulis membuat suatu pemecahan dengan menemukan penemuan baru dengan membuat pestisida organik yang berbahan dasar dari bahan organik pula. Dari penelitian ini yang dijadikan sebagai rumusan masalah adalah “apakah daun mimba (Azzadirachta indica Juss), tembakau (Nicotiana tabacum), gadung (Dioscorea hispida), jeringau (Acorus calamus Rumph), daun sirsak (Annona muricata Linn) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pembuatan pestisida organik pada tanaman cabai merah?” Sehingga mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah daun tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pestidida organik pada tanaman cabai merah. Dan dibatasi pada bahan yang digunakan sebagai pestisida organik yang hanya terdapat di Kecamatan Maduran, untuk tanaman cabai dan ulat grayak terdapat di desa Pangean Kecamatan Maduran, Lamongan.

Dalam penelitian ini dilakukan di Labolatorium Biologi SMA Wachid Hasjim Maduran selama 22 hari mulai tanggal 01-22 Maret 2010 dengan metode observasi berjenis eksperimen yang berskala Labolatoris yang terbagi menjadi dua desain yaitu kelompok yang diberi perlakuan dan tidak. Insrtumen penelitian setiap larutan kosentrasi yang berbeda (25%, 50%, 75% dan 100%) dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali pada waktu yang berbeda. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh daun mimba, tembakau, gadung, jeringau, sirsak di Kecamatan Maduran Lamongan dan sampel dalam penelitian ini adalah 24 gram daun mimba, 5 gram tembakau, 24 gram gadung, 5 gram jeringau, 24 gram sirsak di desa Parengan Kecamatan Maduran Lamongan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok yang tidak diberi perlakuan, ulat masih tetap hidup dan pada kelompok yang diberi pestisida organik, ulat mati pada menit yang berbeda sesuai dengan konsentrasi larutan, semakin besar kosentrasi larutan semakin cepat ulat mati.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun mimba, tembakau, gadung, jeringau, sirsak dapat digunakan sebagai pestisida organik pada tanaman cabai merah.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas petunjuk dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Penelitian ini sangat penting bagi kami. Disamping dapat menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, melalui penelitian ini, kami juga dapat berlatih menjadi insan peneliti di masa depan.

Bagaimanapun hasilnya masih sangat sederhana, karya ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Muzakin, S.Pd selaku kapala SMA Wachid Hasjim Maduran

2. Ibu Poni Kurnia Dewi, S.Si selaku Guru Pembimbing I

3. Bapak Rasmian, S.Pd selaku Guru Pembimbing II

4. Teman-teman kelas XI yang memberikan bantuan dan motivasi untuk menyelesaikan Karya Ilmiah ini

5. Dan segenap pihak yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membaca karya tulis ilmiah kami. Semoga karya tulis ilmiah ini bisa bermanfaat.

Maduran, 23 Maret 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………….……………………………… i

Halaman Pengesahan………………………………................................... ii Abstrak………………………………………………………...……….… iii

Kata Pengantar……………………………………..………...................... iv

Daftar Isi………………………………………………………………….. v

BAB I : PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Masalah…………………………...……… 1

B. Rumusan Masalah………………………….…………….. 2

C. Tujuan Penelitian…………………...………..…………… 3

D. Manfaat Penelitian…………..…………………………….. 3

E. Batasan Masalah…………………………………………... 3

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Macam-macam pestisida yang digunakan sebagai

pestisida organik…………………………………………. 4

1. Daun Mimba (Azzadirachta indica Juss)…………….. 4

2. Tembakau (Nicotiana tabacum)……………………… 7

3. Gadung (Dioscorea hispida)…………………………. 8

4. Jeringau (Acorus calamus Rumph)…………………… 9

5. Daun Sirsak (Annona muricata Linn)………………… 10

6. Ecotan………………………………………………… 11

B. Pestisida…………………………………………………… 12

1. Pengertian…………………………………………….. 12

2. Jenis Racun Pestisida………………………………… 12

3. Macam Pestisida……………………………………… 13

C. Tanaman cabai……………………………………………. 14

1. Macam-macam Cabai………………………………… 14

2. Budidaya Cabai………………………………………. 15

3. Kandugan…………………………………………….. 16

D. Hama…………………………………………………….. 16

1. Pengertian……………………………………………. 16

2. Jenis Ulat yang Terdapat pada Tanbaman Cabai……. 16

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian…………….......................... 19

B. Metode Penelitian………………………………………… 20

C. Jenis Penelitian…………………………………………… 20

D. Desain Penelitian…………………………………………. 20

E. Variabel Penelitian………………………………………... 22

F. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………... 22

G. Instrumen Penelitian……………………………………… 23

H. Prosedur Penelitian………………………………………. 24

1. Proses Pembuatan……………………………………. 24

2. Pengaplikasian Pestisida Organik pada Ulat Grayak… 25

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………………………………………….. 26

B. Analisis Data……………………………………………. 39

BAB V :PENUTUP

A. Kesimpulan………………..…………………..…………. 42

B. Saran……………………………………..………………. 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar pekerjaan rakyat Indonesia adalah petani yang mencapai 60%, 40% lebih dari petani hidup di bawah garis kemiskinan, sedangkan 50% lebih lainnya tergolong miskin. Karena itu, sektor pertanian menjadi penting dan peningkatan pendapatan petani akan berdampak secara langsung terhadap ekonomi makro bangsa Indonesia. (Tim PT. Pertani Indo Makmur 2009: 02)
Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama pada padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan. (http://biotis.co.id)
Penggunaan pestisida di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut Atmawijaya, pada tahun 1985 diperkirakan menggunakan 10.000 ton pestisida, pada tahun 1991 meningkat menjadi 600.000 ton. Dari penggunaan pestisida kimia banyak sekali menimbulkan dampak negatif terutama keracunan, seperti yang dialami Indonesia juga kasus keracunan antara lain di Kulon Progo terdapat 210 kasus keracunan dengan pemeriksaan fisik dan klinis, 50 orang diantaranya diperiksa di Laboratorium dengan hasil 15 orang (30 %) keracunan. Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan terhadap dampak negatif akibat penggunaan pestisida kimia, perlu adanya upaya pengawasan pengamanan pestisida. (Handojo, Dwi. 2009: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah)
Dari permasalahan tersebut, dibutuhkan adanya pemecahan masalah yang dapat meringankan beban permasalahan para petani. Salah satu cara yang dapat dipakai adalah dengan beralih dari penggunaan pestisida kimia ke pestisida organik yang alami dan ramah lingkungan.
Hasil laporan dari berbagai propinsi di Indonesia menyebutkan lebih 40 jenis tumbuhan berpotensi sebagai pestisida organik. (Direktorat BPTP dan Ditjenbun, 2008). Hamid dan Nuryani (1992), mencatat di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk ditemukannya famili tumbuhan yang baru. Didasari oleh banyaknya jenis tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida maka penggalian potensi tanaman sebagai sumber insektisida organik sebagai alternatif pengendalian hama tanaman cukup tepat.
Daun mimba (Azzadirachta indica Juss), tembakau (Nicotiana tabacum), gadung (Dioscorea hispida), jeringau (Acorus calamus Rumph), daun sirsak (Annona muricata) adalah salah satu jenis tanaman yang banyak tumbuh di daerah Maduran, dan dianggap tidak bermanfaat karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan kandungan tumbuhan ini.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah pestisida kimia di atas, yaitu dengan membuat pestisida yang berasal dari bahan alami yang ramah lingkungan dan tidak mempunyai efek samping.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dijadikan objek pembahasan dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah daun mimba (Azzadirachta indica Juss), tembakau (Nicotiana tabacum), gadung (Dioscorea hispida), jeringau (Acorus calamus Rumph), daun sirsak (Annona muricata) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pembuatan pestisida organik pada tanaman cabai merah?.





C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui apakah daun mimba (Azzadirachta indica Juss), tembakau (Nicotiana tabacum), gadung (Dioscorea hispida), jeringau (Acorus calamus Rumph), sirsak (Annona muricata Linn) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pembuatan pestisida organik pada tanaman cabai merah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk pembuatan pestisida organik guna mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berdampak negatif bagi lingkungan maupun masyarakat.
2. Bagi Masyarakat petani untuk memberikan informasi baru tentang penggunaan pestisida organik yang ramah lingkungan.
3. Bagi Penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di kelasuntuk diterapkan pada karya ilmiah dan dapat dijadikan sebagai sebuah informasi baru yang dapat diambil manfaatnya.

E. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya di batasi pada daun mimba (Azzadirachta indica Juss), tembakau (Nicotiana tabacum), gadung (Dioscorea hispida), jeringau (Acorus calamus Rumph), sirsak (Annona muricata Linn) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
2. Dalam penelitian ini hama yang digunakan adalah ulat grayak (Spodoptera litura Fabicius) yang hidup pada tanaman cabai merah di desa Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.



BAB II
DASAR TEORI

A. Macam-macam Tumbuhan yang digunakan sebagai Pestisida Organik
1. Daun Mimba (Azzadirachta indica Juss)
a. Morfologi Tanaman
Tanaman (Azadirachta indica Juss). Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar. (Heyne. 1997)
(http://ccrcfamasiugm.wordpress.com)
Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16, tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah layu. Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm. (Backer dan Van der Brink. 1965: 4) (http://ccrcfamasiugm.wordpress.com)






b. Klasifikasi Tanaman
Daun mimba (Azadirachta indica Juss) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Anak kelas : Dialypetaleae
Bangsa : Rutales
Suku : Meliaceae
(http://ccrcfamasiugm.wordpress.com)
c. Pemerian Daun
1. Organoleptis
Daun mimba (Azadirachta indica Juss) berbau lemah dan mempunyai rasa pahit
2. Makroskopis
Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga tidak setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian daun 5 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir sejajar satu dengan lainnya.



3. Mikroskopi
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel, rambut penutup terdiri dari satu sel panjang agak bergelombang, dinding tipis, ujung runcing. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari dua lapis sel silindris ramping. Di dalam sel palissade terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset, kadang-kadang dalam satu sel terdapat beberapa hablur, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk hampir bulat, rongga udara besar, di dalam jaringan bunga karang terdapat ruang sekresi dan hablur kalsium oksalat bentuk roset. Berkas pembuluh tipe bikolateral dikelilingi serabut, pada parenkim berkas pembuluh terdapat sel berisi hablur kalsium oksalat bentuk roset dan kadang-kadang berbentuk prisma. Pada sayatan paradermal tampak sel epidermis atas dan sel epidermis bawah berbentuk poligonal dengan dinding antiklinal lurus, stomata tipe anomositik, hanya terdapat pada epidermis bawah.
4. Kandungan
Daun mimba (Azzadirachta indica Juss) mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, Melantriol, rutin, azadirachtin, Salanin dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker (Duke, 1992). Daun Mimba mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin. (Neem Foundation, 1997).
(http://ccrcfamasiugm.wordpress.com)




Kandungan dari daun mimba yang paling kuat untuk membunuh hama adalah:
a. Azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyon blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Biasanya kegagalan dalam proses metamorfosa sering kali mengakibatkan kematian.
b. Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati.
c. Melantriol berperan sebagai penghalau (repplent) yang mengakibatkan hama serangga enggan mendekati zat tersebut.
d. Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti virus, bakterisida, dan fungisida yang sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman. (http://petanidesa.files.wordpress.com)

2. Tembakau (Nicotiana tabacum)
a. Pengertian
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tembakau)
b. Kandungan
Tembakau (Nicotiana tabacum) senyawa yang ditemukan adalah Nikotin. Daun tembakau kering mengandung 2-8% nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf bereaksi sangat cepat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nikotina)

Nikotina memiliki daya karsinogenik yang menyebabkan penyakit kanker. Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) (bahasa Inggris: deoxyribo nucleic acid) dalam sel-sel tubuh, dan hal ini mengganggu proses-proses biologis. (http://id.wikipedia.org/wiki/Karsinogen). Kandungan nikotina yang terdapat pada tembakau yang dijadikan sebagai bahan pestisida organik dapat mematikan ulat grayak secara kontak.

3. Gadung (Dioscorea hispida)
a. Pengertian
Gadung memiliki bentuk semak, menjalar, permukaan batang halus, berduri, warna hijau keputihan. Daun tunggal, lonjong, berseling, ujung lancip, pangkal tumpul, warna hijau. Perbungaan bentuk tandan, ketiak daun, kelopak bentuk corong, mahkota hijau kemerahan. Buah bulat setelah tua biru kehitaman. Biji bentuk ginjal. Bagian yang digunakan rimpang. (http://www.iptek.net.id)
b. Kandungan
Gadung (Dioscorea hispida). Mengandung HCN (Asam sianida) dioscorine (racun penyebab kejang), saponin, amilum, CaC204, antidotum, (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Alkaloid dioskorina, diosgenina, furanoid norditerpena, zat pati, dan tanin. (http://www.iptek.net.id)
Kandungan HCN pada gadung bervariasi, namun diperkirakan rata-rata dalam gadung yang menyebabkan keracunan di atas 50 mg/kg. HCN dihasilkan oleh gadung jika gadung tersebut dihancurkan, dikunyah, diiris, atau diolah. Jika dicerna HCN sangat cepat terserap oleh alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan terikat bersama oksigen. Bahaya HCN pada kesehatan terutama pada sistem pernapasan, di mana oksigen dalam darah terikat oleh senyawa HCN dan terganggunya sistem pernapasan (sulit bernapas). Tergantung jumlah yang dikonsumsi, HCN dapat menyebabkan kematian jika pada dosis 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan (Winarno, 1997).(ttp://www.wawasandigital.com)
Kandungan HCN yang terdapat pada gadung yang dijadikan sebagai bahan pestisida organik dapat mematikan ulat grayak secara kontak.

4. Jeringau (Acorus calamus Rumph)
a. Pengertian
Jeringau (Acorus calamus Rumph) adalah tumbuhan terna yang rimpangnya dijadikan bahan obat-obatan. Tumbuhan ini berbentuk mirip rumput, tetapi tinggi, menyukai tanah basah dengan daun dan rimpang yang beraroma kuat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Jeringau)
b. Kandungan
Jeringau (Acorus calamus Rumph) mengandung eugenol, asarilaldehid, asaron (alfa dan beta asoran), kalameon, kalamediol, isokalamendiol, presokalmendiol, akorenin, akonin, akoragermakon, akolamonin, isoakolamin, siobunin, isosiobunin, dan epi-siobnin. Selain astiri, jeringau juga mengandung resin, amilum, dan tannin. (sumber: republika online, selasa 05 agustus 2003)
Kandungan dari Jeringau yang dominan untuk membunuh hama adalah rimpangnya yang mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga serta Eugenol. Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol. Jeringau dapat dikelompokkan dalam keluarga alilbenzena dari senyawa-senyaw fenol. Warnanya bening hingga kuning pucat, kental seperti minyak. Sumber alaminya dari minyak cengkeh. Terdapat pula pada pala, kulit manis, dan salam. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik. Aromanya menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering, sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut. Senyawa ini dipakai dalam industri parfum, penyedap, minyak atsiri, dan farmasi sebagai pencuci hama dan pembius local. (http://id.wikipedia.org/wiki/Eugenol)

5. Sirsak (Annona muricata Linn)
a. Klasifikasi
Sirsak (Anona muricata Linn) berasal dari Amerika Selatan. Tanaman sirsak dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Polycarpiceae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Species : Anona muricata Linn. (http://agribisnis.deptan.go.id)



b. Kandungan
Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001). Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya. (Kardinan. 2000: 6) (http://digilib.itb.ac.id)
6. Ecotan
a. Pengertian
Ecotan yang dicampur dengan pestisida, akan lebih efektif karena Ecotan dilengkapi dengan Enzim sebagai katalisator organik yang dapat meningkatkan kinerja pestisida. Disamping itu Ecotan dilengkapi dengan Chellate yang berfungsi sebagai buffer/penyangga pH larutan, karena mampu menetralisir radikal-radikal bebas. (Tim PT. Pertani Indo Makmur 2009:10)
b. Komposisi Ecotan
Terbuat dari saripati tumbuhan dan air mineral alam yang bermanfaat untuk tanaman padi, hortikultura, palawija dan tanaman lainnya secara menakjubkan, dengan biaya yang murah dan menguntungkan petani. Salah satu keunggulan caiaran Ecotan adalah seluruh bahan baku berasal dari dalam negeri. Adapun kompisisi Ecotan dapat dilihat dalam tabel 1, adalah:

Tabel 1
Komposisi Ecotan
Kandungan Prosentase (%)
Enzim Hayati 27
Chellate Hayati 31
Substrat/Bio Nutrisi M.O 35
Vitamin dan Garam Elektrolit 7
Total 100
(Tim PT. Pertani Indo Makmur 2009:03)
B. Pestisida
1. Pengertian
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
( PT. Biotis Agrindo - Trust and Commitment )

2. Jenis racun Pestisida
Pestisida dari segi racunnya dibedakan atas:
a. Racun Sistemik, artinya dapat diserap melalui system organisme. Misalnya melalui akar atau daun kemudian diserap kedalam jaringan tanaman yang akan bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga mengakibatkan peracunan bagi hama.
b. Racun kontak, artinya langsung dapat menyerap melalui kulit pada saat pemberian insektisida atau dapat pula sel pada serangga terkena cairan pestisida dengan selang beberapa waktu setelah penyemprotan ulat mati. (http://www.scribd.com/)

3. Macam-Macam Pestisida
a. Pestisida Anorganik
Pestisida Anorganik adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.(http://emirgarden.com)
b. Pestisda Organik
Pestisida organik adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida organik ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. (Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2007: 3)
Secara umum pestisida organik diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang. (Rukmana. 1994: 1)









C. Tanaman Cabai
1. Macam-Macam Cabai
a. Cabai Merah
Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai (http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai).
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur) (http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai).

b. Cabai Rawit
Cabai rawit atau cabe rawit, adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai_rawit).
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil dari pada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000-100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai_rawit).
c. Cabai Jawa
Cabai jawa, cabe jamu, lada panjang, atau cabe saja (Piper retrofractum Vahl. syn. P. longum) adalah kerabat lada dan termasuk dalam suku sirih-sirihan atau Piperaceae. Dikenal pula sebagai cabe solak (Madura) dan cabia (Sulawesi). Tumbuhan asli Indonesia ini populer sebagai tanaman obat pekarangan dan tumbuh pula di hutan-hutan sekunder dataran rendah (hingga 600 m di atas permukaan laut). (http://id.wikipedia.org/wiki/Cabe_jawa)
2. Budidaya Cabai
1. Pemilihan Bibit
a. Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus.
b. Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari).
2. Cara Tanam
a. Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
b. Plastik polibag dilepas.
c. Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram dengan air.
3. Pengamatan Hama
a. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang.
b. Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabicus), ciri ulat yang baru menetas atau masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut atau badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian kemudian Semprot dengan pestisida organik.
3. Kandungan
Buah cabai mengandung kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid asiri, resin, minyak menguap, vitamin (A dan C). Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat untuk melancarkan aliran darah serta pematirasa kulit. Biji mengandung solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, dan steroid saponin (kapsisidin). Kapsisidin berkhasiat sebagai antibiotic. (http://www.iptek.net.id)

D. Hama
1. Pengertian
Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktifitas hidupnya, terutama aktifitas untuk memperoleh makanan. Hama tanaman memiliki kemampuan merusak yang sangat hebat. Akibatnya tanaman dapat rusak atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali. Hama tanaman berupa serangga misalnya wereng, kutu daun, walang sangit, belalang, berbagai ulat dan berbagai kumbang dan juga hewan mamalia tapi diantara hama tersebut yang paling menimbulkan kerugian besar pada tanaman adalah kelompok serangga. (Tim Bina Karya Tani. 2009: 63)

2. Jenis Ulat yang Terdapat pada Tanaman Cabai
a. Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabicius)
1. Pengertian
Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabicius) memakan daun dan buah cabai. Serangannya ditandai dengan daun-daun yang lerlihat agak berwarna putih, pada tahap yang lanjut daun menjadi gundul atau daging daun habis dimakan, rusaknya daun menyebabkan proses fotosintesis terhambat dan berdampak terhadap produksi cabai. Ulat ini sangat rakus terutama larva instar kelima atau keenam. Warna larva berfariasi, dari coklat kehitaman hingga putih kehitaman
Menurut sumber yang berbeda, Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabicus), Ciri ulat yang baru menetas atau masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut atau badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar.
(http://teknis-budidaya.blogspot.com/)

2. Siklus Hidup Ulat Grayak
Ulat grayak yang telah disemprot dengan pestisida dan selanjutnya pestisida menginfeksi sel-sel yang rentan. Ulat yang terinfeksi pestisida akan mengalami gejala abnormal secara morfologis, fisiologis dan perilakunya. Secara morfologis, hemolimfa ulat yang semula jernih berubah keruh dan secara fisiologis, ulat tampak berminyak dan perubahan warna tubuh menjadi pucat kemerahan, terutama bagian perut. Sedangkan secara perilaku, ulat cenderung merayap ke pucuk tanaman, yang kemudian mati dalam keadaan menggantung dengan kaki semunya pada bagian tanaman.Permukaan kulit ulat akan mengalami perubahan warna dari pucat mengkilap pada awal terinfeksi kemudian akan menghitam dan hancur. Apabila tersentuh, tubuh ulat akan mengeluarkan cairan kental berbau seperti nanah yang berisi partikel virus. Sebelum mati ulat masih dapat merusak tanaman, namun kerusakan yang diakibatkan ulat yang sudah terinfeksi sangat rendah, karena terjadi penurunan kemampuan makan dari ulat grayak sampai 84 %. (http://www.pertaniansehat.or.id)




Cara kerja pestisia organik menginfeksi ulat grayak











(http://www.pertaniansehat.or.id)

b. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon )
Aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. (http://teknis-budidaya.blogspot.com/)





BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian di lakukan di Laboratorium Kimia SMA Wachid Hasjim Maduran dan Labolatorium sawah di desa Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Penelitian di lakukan pada tanggal 1-22 Maret 2010 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2
Jadwal Kegiatan Tempat Penelitian
No. Waktu Tempat Keterangan
1 1 Maret 2010 Kecamatan Maduran Mengambil bahan-bahan (Daun mimba, tembakau, gadung , jeringau, sirsak)
2 2-6 Maret 2010 Laboratorium Biologi SMA Wachid Hasjim Maduran, Lamongan. Membuat pestisida organik
3 7-10 Maret 2010 Laboratorium Biologi SMA Wachid Hasjim Maduran, Lamongan. Pengamatan aplikasi ulat grayak pada tanaman cabai
4 11-12 Maret 2010 Laboratorium Perpustakaan SMA Wachid Hasjim Maduran, Lamongan. Studi literatur
5 13-22 Maret 2010 Laboratorium Komputer SMA Wachid Hasjim Maduran, Lamongan. Pengolahan data hasil penelitian dan studi literatur
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang di lakukan adalah dengan observasi atau pengamatan di Laboratorium, di sawah dan studi literatur di Perpustakaan.
C. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di ajukan oleh peneliti maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen yang berskala Laboratories.
D. Desain Penelitian

Tanpa Perlakuan
X X

Di beri pestisida organik
X Y
Keterangan :
X = Tanaman Cabai dalam polibag tanpa diberi pestisida organik.
Y = Tanaman Cabai dalam polibag dengan diberi pestisida organik.



Tabel 3
Desain Penelitian
Desain T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12
X1
X2
X3
X4
X5

X1, 2, 3, 4 dan 5 = Tanaman cabai dalam polibag diberi pestisida dengan kosentrasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%.
T1, 2, sampai Tn = Selang waktu setiap 30 menit.

Tabel 4
Format Tabel pengamatan
No Waktu Perlakuan
1 T 1
2 T2
3 T3
4 T4
5 T5
6 T6
7 T7
8 T8
9 T9
10 T10
11 T11
12 T12














T = selang waktu penelitian setiap 30 menit
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat dari keberadaannya tergantung dengan variabel lain. (Arikunto, Suharsimi. 1998:25)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tanaman cabai merah dan ulat gayak pada tanaman cabai merah.

2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terdapat terdapat variabel terikat. (Arikunto, Suharsimi. 1998:25)
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian pestisida organik dan konsentrasi larutan pestisida.

3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dijaga supaya tidak mempengaruhi penelitian. (Arikunto, Suharsimi. 1998:26)
Dalam penelitian ini variabel kontrolnya adalah volume pestisida organik.
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto, Suharsimi. 1998:25)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh daun mimba (Azzadirachta indica Juss), tembakau (Nicotiana tabacum), gadung (Dioscorea hispida), jeringau (Acorus calamus Rumph), sirsak (Annona muricata Linn) di Kecamatan Maduran Lamongan.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili obyek. (Arikunto, Suharsimi. 1998:26)
Sampel dalam penelitian ini adalah 24 gram daun mimba (Azzadirachta indica Juss), 5 gram tembakau (Nicotiana tabacum), 24 gram gadung (Dioscorea hispida), 5 gram jeringau (Acorus calamus Rumph), 24 gram sirsak (Annona muricata Linn) dan di Kecamatan Maduran Lamongan.
G. Instrumen Penelitian
1. Alat yang di gunakan dalam pembuatan pestisida adalah:
Tabel 5
No Alat Jumlah
1 Bak plastik besar 1
2 Gayung 1
3 Blender 1
4 Sarangan/Kain saring 1 m

5 Gelas ukur 2
6 Corong 2
7 Insektarium 5
8 Botol penyemprot 1
Alat Pembuatan Pestisida












2. Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Pestisida adalah :
No. Bahan Jumlah
1 Daum mimbo 24 gram
2 Daun jeringau 5 gram
3 Daun sirsak 24 gram
4 Gadung 24 gram
5 Tembakau susur 5 gram
6 Ecotan 5 ml
7 Air 1 liter
Tabel 6
Bahan Pembuatan Pestisida






3. Alat yang Digunakan dalam Pengaplikasian
a. Insektarium
b. Botol penyemprot
4. Bahan yang Digunakan dalam Pengaplikasian
a. Pestisida organik
b. Tanaman cabai
c. Ulat grayak
H. Prosedur Penelitian
1. Proses Pembuatan
a. Proses Penghalusan Bahan.
1. Daun mimbo, jeringau, sirsak, di haluskan menggunakan blender.
2. Gadung dicuci sampai bersih, setelah itu diiris kecil – kecil untuk mempermudah penghaluskan dengan menggunakan blender.

b. Proses Pelarutan Bahan – bahan
Setelah bahan – bahan dihaluskan setelah itu seluruh bahan pembuat pestisida di larutkan dengan 1 liter air di dalam bak plastik besar dan rendam selama 3 hari. Setelah itu tambahkan 5 ml ecotan sebagai penunjang pestisida organik diamkan selama 24 jam kemudian di saring.
c. Proses Penyaringan
1. Setelah semua bahan di campurkan dan di direndam selama 4 hari, selanjutnya seluruh bahan disaring menggunakan kain saring untuk memisahkan antara bahan serat daun dengan cairan pestisida.
2. Setelah terpisah, siapkan 1 bak besar sebagai tempat pestisida yang sudah disaring tadi.
2. Pengaplikasian pestisida organik pada ulat grayak
a. Siapkan 13 buah insektarium yang masing-masing telah berisi 1 tanaman cabai.
b. Beri label pada masing-masing insektarium sesuai dengan yang diinginkan
c. Insektarium pertama berisi 1 tanaman cabai dan 3 ekor ulat grayak saja.
d. Insektarium ketiga sampai keempat masing-masing berisi 1 tanamam cabai, 3 ekor ulat grayak dan disemprot dengan 25% larutan pestisida organik yaitu 25 ml pestisida organik dan 75% air yaitu 75 ml air sebanyak 10 ml.
e. Insektarium kelima sampai ketujuh berisi masing-masing 1 tanaman cabai, 3 ekor ulat grayak dan disemprot dengan 50% pestisida organik yaitu 50 ml pestisida organik dan 50% air yaitu 50 ml air sebanyak 10 ml.
f. Insektarium kedelapan sampai kesepuluh masing-masing berisi 1 tanamam cabai, 3 ekor ulat grayak dan disemprot dengan 75% pestisida organik yaitu 75 ml pestisida organik dan 25% air yaitu 25 ml air sebanyak 10 ml.
g. Insektarium kesebelas sampai ketigabelas masing-masing berisi 1 tanamam cabai, 3 ekor ulat grayak dan disemprot dengan 100% pestisida organik yaitu 100 ml pestisida organik sebanyak 10 ml.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Proses Pengamatan
Pengamatan terhadap tiga ulat grayak yang di masukkan ke dalam insektarium yang telah berisi satu tanaman cabai merah dalam polibag.
a. Pada percobaan pertama yaitu satu tanaman cabai dan diberi 3 ekor ulat grayak dengan kondisi yang sama di masukkan ke dalam insektarium dan tidak disemprot dengan pestisida.
Tabel 7
Ulat Grayak di dalam Insektarium pada Pengamatan Pertama, Kedua dan Ketiga
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
5 150 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak dengan memakan daun cabai yang ada
6 180 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
7 210 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
8 240 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
9 270 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
10 300 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
11 330 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak
12 360 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak









b. Pengamatan terhadap 3 ulat grayak yang di masukkan ke dalam insektarium kemudian disemprot dengan 25 ml pestisida organik yang sudah dilarutkan dengan 75 ml air suling, sebanyak 10 ml.
Tabel 8
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 25% Pertama
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
5 150 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
6 180 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
7 210 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
8 240 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
10 300 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
11 330 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
12 360 menit Seluruh ulat mati













Tabel 9
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 25% Kedua
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
5 150 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
6 180 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
7 210 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
8 240 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
10 300 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
11 330 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati





Tabel 10
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 25% Ketiga
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
5 150 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
6 180 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
7 210 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
8 240 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Dua ulat \mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
10 300 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
11 330 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati
















c. Pengamatan terhadap 3 ulat grayak yang di masukkan ke dalam insektarium kemudian disemprot dengan 50 ml pestisida organik yang sudah dilarutkan dengan 50 ml air suling, sebanyak 10 ml.
Tabel 11
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 50% Pertama
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
5 150 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
6 180 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
7 210 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
8 240 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
10 300 menit Seluruh ulat sudah mati
11 330 menit Seluruh ulat sudah mati
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati













Tabel 12
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 50% Kedua
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
5 150 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
6 180 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
7 210 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
8 240 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
10 300 menit Seluruh ulat sudah mati
11 330 menit Seluruh ulat sudah mati
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati






Tabel 13
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 50% Ketiga
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
5 150 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
6 180 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
7 210 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
8 240 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
10 300 menit Seluruh ulat sudah mati
11 330 menit Seluruh ulat sudah mati
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati
















b. Pengamatan terhadap 3 ulat grayak yang di masukkan ke dalam insektarium kemudian disemprot dengan 75 ml pestisida organik yang sudah dilarutkan dengan 25 ml air suling, sebanyak 10 ml.
Tabel 14
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 75% Pertama
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
5 150 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
6 180 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
7 210 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
8 240 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Seluruh ulat sudah mati
10 300menit Seluruh ulat sudah mati
11 330 menit Seluruh ulat sudah mati
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati




Tabel 15
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 75% Kedua
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
5 150 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
6 180 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
7 210 menit Dua ulat mati, satuulat yang lain bergerak lambat
8 240 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Seluruh ulat sudah mati
10 300 menit Seluruh ulat sudah mati
11 330 menit Seluruh ulat sudah mati
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati






Tabel 16
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 75% Ketiga
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas masih memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
5 150 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
6 180 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
7 210 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
8 240 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
9 270 menit Seluruh ulat sudah mati
10 300 menit Seluruh ulat sudah mati
11 330 menit Seluruh ulat sudah mati
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati





e. Pengamatan terhadap 3 ulat grayak yang di masukkan ke dalam insektarium kemudian disemprot dengan 75 ml pestisida organik yang sudah dilarutkan dengan 25 ml air suling, sebanyak 10 ml.
Tabel 17
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 100% Pertama
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
4 120 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
5 150 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
6 180 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
7 210 menit Seluruh ulat sudah mati
8 240 menit Seluruh ulat sudah mati
9 270 menit Seluruh ulat sudah mati
10 300 menit Seluruh ulat sudah mati
11 330 menit Seluruh ulat sudah mati
12 360 menit Seluruh ulat sudah mati




Tabel 18
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 100% Kedua
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
4 120 menit Satu ulat mati, dua ulat yang lain bergerak lambat
5 150 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
6 180 menit Seluruh ulat mati
7 210 menit Seluruh ulat mati
8 240 menit Seluruh ulat mati
9 270 menit Seluruh ulat mati
10 300 menit Seluruh ulat mati
11 330 menit Seluruh ulat mati
12 360 menit Seluruh ulat mati







Tabel 19
Pengamatan pada Ulat Grayak di Dalam Insektarium dan Disemprot dengan Larutan Pestisida 100% Ketiga
No Waktu Perlakuan
1 30 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas
2 60 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak bebas dengan memakan daun cabai
3 90 menit Seluruh ulat masih hidup dan bergerak lambat
4 120 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
5 150 menit Dua ulat mati, satu ulat yang lain bergerak lambat
6 180 menit Seluruh ulat mati
7 210 menit Seluruh ulat mati
8 240 menit Seluruh ulat mati
9 270 menit Seluruh ulat mati
10 300 menit Seluruh ulat mati
11 330 menit Seluruh ulat mati
12 360 menit Seluruh ulat mati







B. Analisa Data
Dari hasil data pada tabel 7 pengamatan pertama tanpa pemberian pestisida menunjukkan bahwa seluruh ulat masih hidup sampai menit ke-330.
Pada tabel 8 pengamatan kedua yaitu disemprot dengan larutan pestisida 25% pada pengujian pertama, menunjukkan pada menit ke-150 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-240 satu ulat mati kemudian pada menit ke-270 dua ulat mati dan pada menit ke- 360 seluruh ulat mati.
Pada tabel 9 pengamatan ketiga yaitu disemprot dengan larutan pestisida 25% pada pengujian kedua, menunjukkan pada menit ke-180 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-240 satu ulat mati kemudian pada menit ke-270 dua ulat mati dan pada menit ke- 360 seluruh ulat mati.
Pada tabel 10 pengamatan keempat yaitu disemprot dengan larutan pestisida 25% pada pengujian ketiga, menunjukkan pada menit ke-210 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-240 dua ulat mati dan pada menit ke-360 seluruh ulat mati.
Pada tabel 11 pengamatan kelima yaitu disemprot dengan larutan pestisida 50% pada pengujian pertama, menunjukkan pada menit ke-150 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-180 satu ulat mati kemudian pada menit ke-210 dua ulat mati dan pada menit ke-300 seluruh ulat mati.
Pada tabel 12 pengamatan keenam yaitu disemprot dengan larutan pestisida 50% pada pengujian kedua, menunjukkan pada menit ke-150 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-210 satu ulat mati kemudian pada menit ke-240 dua ulat mati dan pada menit ke-300 seluruh ulat mati.
Pada tabel 13 pengamatan ketujuh yaitu disemprot dengan larutan pestisida 50% pada pengujian ketiga, menunjukkan pada menit ke-150 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-180 satu ulat mati kemudian pada menit ke-210 dua ulat mati dan pada menit ke-300 seluruh ulat mati.
Pada tabel 14 pengamatan kedelapan yaitu disemprot dengan larutan pestisida 75% pada pengujian pertama, menunjukkan pada menit ke-120 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-150 satu ulat mati kemudian pada menit ke-180 dua ulat mati dan pada menit ke-270 seluruh ulat mati.
Pada tabel 15 pengamatan kesembilan disemprot dengan larutan pestisida 75% pada pengujian kedua, menunjukkan pada menit ke-120 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-150 satu ulat mati, kemudian pada menit ke-210 dua ulat mati dan pada menit ke-270 seluruh ulat mati.
Pada tabel 16 pengamatan kesepuluh disemprot dengan larutan pestisida 75% pada pengujian ketiga, menunjukkan pada menit ke-120 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-150 satu ulat mati dan pada menit ke-270 seluruh ulat mati.
Pada tabel 17 pengamatan kesebelas disemprot dengan larutan pestisida 100% pada pengujian pertama, menunjukkan pada menit ke-120 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-150 dua ulat mati dan pada menit ke-210 seluruh ulat mati.
Pada tabel 18 pengamatan keduabelas disemprot dengan larutan pestisida 100% pada pengujian kedua, menunjukkan pada menit ke-90 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-120 satu ulat mati kemudian pada menit ke-150 dua ulat mati dan pada menit ke-180 seluruh ulat mati.
Pada tabel 19 pengamatan ketigabelas disemprot dengan larutan pestisida 100% pada pengujian ketiga, menunjukkan pada menit ke-90 ulat masih hidup dan bergerak lambat, pada menit ke-120 dua ulat mati dan pada menit ke-180 seluruh ulat mati.
Dari analisis dapat dijelaskan bahwa penyemprotan pestisida dengan kosentrasi 25% seluruh ulat mati pada menit ke ke-360, sedangkan pada kosentrasi 50%, seluruh ulat mati pada menit ke-300, begitu pula dengan kosentrasi 75% seluruh ulat menit ke-270 dan dengan menggunakan kosentrasi 100% ulat dapat mati pada menit ke-180.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penyemprotan atau pemberian pestisida organik pada tanaman cabai yang terdapat ulat grayak dengan kosentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% dapat membunuh ulat grayak dengan waktu yang berbeda. Semakin besar kosentrasi yang diberikan semakin cepat pula ulat mati. Hal tersebut terjadi karena racun yang terkandung dalam pestisida organik dapat membunuh ulat grayak secara kontak yaitu mati karena sel atau organ yang terdapat pada ulat terserang oleh bahan-bahan yang aktif atau yang dikandung dalam pestisida organik.









BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mempelajari dari bab III sampai IV dapat disimpulkan bahwa daun mimba (Azzadirachta indica Juss), tembakau (Nicotiana tabacum), gadung (Dioscorea hispida), jeringau (Acorus calamus Rumph), sirsak (Annona muricata Linn) dapat digunakan sebagai pestisida organik pada tanaman cabai merah.

B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini dapat diperoleh saran dari berbagai segi antara lain:
1. Segi pemerintah
a. Pemerintah agar lebih merespon dan memperhatikan pestisida organik sebagai penyelamat ekosistem.
b. Pemerintah dapat mendukung dan merespon adanya pestisida dari bahan-bahan organik.
2. Segi Petani
a. Petani harus memperhatikan dampak yang ditimbulkan pestisida kimia.
b. Petani harus lebih mempercayai pestisida organik sebagai pembasmi hama.
3. Segi Penulis
a. Kami menyadari bahwa penelitian ini banyak sekali kekurangan oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui hasil yang lebih baik.
b. Kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak untuk memperbaiki karya kami.

Tidak ada komentar: